PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRBISNIS


TUGAS
PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI
STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRBISNIS






DISUSUN OLEH

NAMA           : WAYAN ARDI ADNYANA
STAMBUK  : 218-301-015

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAKIDENDE
2020
Kata Pengantar



            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat membantu Mahasiswa dapat memahami tentang “Strategi Industrialisasi Berbasis Agribisnis”.
            Dalam penyelesaian Makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan guna penyusunan makalah ini, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.




Unaaha, Januari 2020


                                                                                                                             Penulis

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang
            Bagi negara berkembang seperti Indonesia, rencana pembangunan jangka panjang komprehensif-integratif sangat diperlukan sebagai acuan pelaksanaan pembangunan dan sebagai salah satu instrumen akuntabilitas dan kredibilitas pemerintah. Pemerintahan Orde Baru telah menyusun Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Tahap I dan II masing-masing untuk periode 1969-1993 dan 1993-2018. Rencana jangka panjang yang disusun rejim Orde Baru tersebut terbukti membawa Indonesia kedalam krisis tahun 1997-1999 dan sudah tidak sesuai dalam era Reformasi sehingga perlu dirancang ulang. Dalam dua tahun
terakhir sesungguhnya telah muncul wacana publik yang menuntut agar pemerintah segera menyusun grand strategy (strategi besar) pembangunan nasional. Sebagai bagian dari wacana tersebut, tulisan ini mereview tentang konsepsi strategi pembangunan selama Orde Baru, pengalaman beberapa negara lain pemikiran teoritis tentang strategi pembangunan ekonomi. Berdasarkan hasil review tersebut, disarankan agar industrialisasi berbasis pertanian (agricultural based industrialization) dijadikan sebagai strategi besar (grand strategy)
pembangunan nasional. Strategi tersebut haruslah dijadikan sebagai konsensus nasional, sehingga tidak sekedar retorika politik seperti pada masa Orde Baru.
            Saat ini sedang terjadi silang pendapat mengenai arah strategi besar (grand strategy)
Pembangunan nasional jangka panjang pasca krisis ekonomi. Berbeda dengan negara maju, bagi negara sedang berkembangseperti Indonesia rencana pembangunan yang komprehensif-integratif memang sangat diperlukan sebagai acuan pelaksanaan pembangunan sehingga upaya-upaya pembangunan dapat berdayaguna dan berhasil guna dalam mewujudkan cita-cita bangsa kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Rencana pembangunan berguna pula sebagai salah satu instrumen pendukung akuntabilitas dan kredibilitas pemerintah karena dapat berfungsi sebagai tolok ukur unjuk kerja pemerintah. Dengan demikian, dokumen strategi pembangunan nasional dapat dijadikan sebagai instrumen good goverment. Strategi pokok pembangunan nasional yang disusun rejim Orde Baru perlu dikaji ulang. Hal ini sangat jelas karena sesungguhnya krisis ekonomi yang kemudian berkembang menjadi krisis multi-dimensi ekonomi-sosial-politik pada tahun 1997-1999 merupakan bukti bahwa strategi maupun implementasi pembangunan rejim Orde Baru gagal mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Sesungguhnya, tuntutan agar strategi pembangunan Orde Baru dikaji ulang telah lama dilontarkan oleh para pakar dan politisi (Mubyarto,1988, Soetrisno, 1988).
            Kini merupakan waktu yang tepat untuk menyusun konsep bane strategi pokok pembangunan nasional. Perubahan radikal strategi pokok pembangunan nasional hanya mungkin terjadi apabila ada perubahan rejim pemerintahan. Perubahan radikal dari orientasi politik ke orientasi pembangunan ekonomi yang dilakukan rejim Orde Baru hanya mungkin terjadi setelah rejim Orde Lama tumbang pada pertengahan tahun 1960-an. Pemerintahan Gus Dur - Megawati yang berlandaskan pada semangat "Reformasi Total" mestinya memiliki kesempatan yang baik untuk merumuskan konsep baru strategi pembangunan nasional jangka panjang. Hasil kajian pengalaman historis Indonesia menunjukkan bahwa: rencana pembangunan yang paling tidak berhasil adalah dimana peran serta para ahli ekonomi adalah yang paling minimal (Sjahril 1986;1987).

1.2 Tujuan

1.      Mengetahui tentang reformasi strategi industrialisasi dalam rangka percepatan ekspor sektor agribisnis
2.      Mengetahui strategi industrialisasi neraca pembayaran dan pemulihan ekonomi indonesia
3.      Mengetahui pembangunan sektor agribisnis sebagai industrialisasi yang lebih bersahabat dengan lingkungan hidup
4.      Mengetahui pilihan strategi industrialisasi memasuki milenium ketiga yang berpihak pada penguatan ekonomi rakyat
Mengetahui pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penanggulangan krisis pangan dan devisa
BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Reformasi strategi industrialisasi dalam rangka percepatan ekspor sektor agribisnis

            Dalam penilaian kontribusi suatu sektor ekonomi dalam perekonomian juga demikian. Kita tidak dapat menilai pentingnya pertanian dalam perekonomian nasional dengan hanya menghitung kontribusi produk pertanian primer dalam GDP dan ekspor seperti selama ini. Karena sebagian besar produk pertanian primer diolah menjadi produk olahan pada industri pengolahan hasil pertanian yang dalam penggolongan sektor ekonomi di Indonesia masuk sebagai sektor industri. Kalau pentingnya pertanian hanya dinilai dari kontribusi produk pertanian primer yang saat ini hanya 16 persen dalam GDP, dan disimpulkan bahwa pertanian tidak penting lagi, akan sangat keliru. Sebab sekali pertanian tidak lagi diberi perhatian, maka induStri-industri hasil pertanian yang merupakan kelompok terbesar dalam sektor induStri nasional akan ikut mengalami kemunduran.
            Pertama. subsektor agribisnis hulu (up-meam agribusiness) yakni kegiatan ekonomi (indusrri, perdagangan) yang menghasilkan sarana produksi (input) bagi pertanian primer; Kedua. subsektor pertanian primer (on-farm agribusiness) yakni kegiatan usahatani yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan produk pertanian primer (sehingga disebut pertanian primer); Ketiga, subsektor agribisnis hilir (down-stream agribwinm) yakni kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan (indusrri hasil pertanian/agroindustri) beserta kegiatan perdagangannya; dan Keempat. subsektor jasa layanan pendukung yakni kegiatan ekonomi yang memberikan layanan saja pendukung yang dibutuhkan oleh ketiga subsektor tersebut.
            Dengan cakupan sektor agribisnis yang demikian. maka sektor agribisnis merupakan mega sektor dalam perekonomian nasional, melibatkan seluruh wilayah nasional, menyerap sekitar 70 persen angkatan kerja nasional, melibatkan 90 persen usaha kecil-menengah dan keperasi, dan menghidupi (sumber pendapatan) hampir 80 persen penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah sekitar 202 juta jiwa. Meskipun begitu besar peranan sektor agribisnis dalam perekonomian nasional, pada kenyataannya sektor agribisnis selalu dinomorduakan, dimaki bahkan dikorbankan secara sisrcmatis. Ketika krisis ekonomi terjadi seperti sekarang ini, sektor agribisnis dibebani dampak krisis dan dimakj-maki karena tidak bisa menyelesaikan masalah sembako dan pengangguran.
            Pada makalah ini akan diuraikan bahwa sektor agribisnis nasional merupakan korban Strategi indusrrialisasi yang berlangsung di Indonesia selama ini. Kemudian akan diuraikan bahwa meskipun dikorbankan oleh Strategi indusuialisasi. sektor agribisnis masih mampu menyumbang net ekspor yang cukup besar. Bagian terakhir akan diuraikan bahwa reformasi strategi industrialisasi merupakan syarat mutlak bagi percepatan ekspor Agribisnis.
2.1.1 Sektor Agribisnis: Korban Strategi Industrialisasi
            Selama ini, terdapat 3 (tiga) pemikiran strategi indusrrialisasi yang berkembang di Indonesia. Pertama, Strategi industrialisasi yang mengembangkan industri-indusrri berspektrum luas (Broad -based Indumy). Pada kenyataannya. strategi ini lebih menekankan pengembangan indusrriindusui berbasis impor (footbse industry) yang bersumber dari relokasi indusrri dan atau perluasan pasar industri negara lain, contohnya adalah industri. elektronik, tekstil. Otomotif dan lain-lain. Kedua, strategi industrialisasi yang mengutamakan industri-industri berteknologi canggih berbasis impor ( Hi-tecb Industry) seperti industri pesawat terbang, industri peralatan &: senjata militer. induscri kapal dan lain-lain. Ketiga, strategi agribisnis yang mcnguramakan pengembangan industri-industri hasil pertanian (agroindusrri) berbasis dalam negeri dan merupakan kelanjutan dari pembangunan pertanian.
            Meskipun GBHN setiap Pelita selalu memberi titik berat pembangunan ekonomi nasional pada pembangunan industri yang didukung oleh pertanian (yang tidak lain adalah agribisnis), namun pada pelaksanaannya strategi yang diadopsi adalah kombinasi strategi berspektrum luas dengan Strategi indusrri canggih. Kombinasi Strategi ini memperoleh dukungan dari para konglomerat, sebagian birokrat dan sebagian ekonomi. Untuk mendukung keberhasilan kombinasi strategi tersebut, tentu saja kebijakan makroekonomi juga disesuaikan. Salah satu diantaranya yang terpenting adalah kebijakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs rupiah) yang dibuat secara artihsial ternilai terlalu tinggi terhadap nilai keseimbangan pasar (artificially overvalued exchange rate). Kebijakan ku rs yang demikian, mensubsidi kurs untuk impor dan sekaligus menerapkan pajak kurs pada ekspor, sehingga memberi insentif bagi industri=industri yang berbasis impor. Dengan kata lain, kebijakan kurs yang demikian relavan bagi strategi industrialisasi yang berorientasi pasar dalam negeri (inward looking).
            Dengan Strategi industrialisasi tersebut dan didukung oleh kebijakan kurs yang overvalued, telah mendorong cepat perkembangan indusrri=indu5tri berbasis impor dan kegiatan impor lainnya (termasuk impor produk agribisnis) dan menekan pertumbuhan industri-indusui ekspor dalam negeri. Sektor ekonomi yang paling menderita, adalah sektor agribisnis. Produkproduk ekspor agribisnis menjadi sangat mahal (dalam mata uang asing). Sebaliknya impor produk-produk agribisnis menjadi lebih murah (dalam mata uang rupiah). Dengan kata lain, industri-indusrri berbasis impor seakan-akan menjadi lebih menguntungkan dibandingkan sektor agribisnis domestik. Akibatnya sumberdaya domestik mengalir dari sektor agribisnis ke luar sektor agribisnis. Konversi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian makin meningkat dari tahun ke tahun karena kalah bersaing dengan industri. Tingginya suku bunga domeStik akibat maintenance course perbankan yang tinggi.
            Sektor agribisnis domestik yang salama ini dinilai lambat perkembangannya, produktivitas rendah dan lain sebagainya, adalah disebabkan karena kebijakan makroekonomi yang merugikan sektor agribisnis. Kebijakan makro-ekonomi yang merugikan ini, diperberat pula oleh kebijakan perdagangan dan tataniaga yang disrorsif (praktik monopoli, kartel) pada beberapa komoditas sektor agribisnis.
            Sementara itu, sektor industri nonagribisnis (industri-indusrri berspektrum luas. dan industri canggih) yang diperlakukan sebagai “anakmas" ternyata hanya menyedot devisa negara (net-impor) baik pada sektor barang, jasa maupun modal. Penyebab utama dari net-impor pada industriindusrri non-agribisnis adalah impor bahan baku. impor jasa (freigh on import. interest payment dan profit transfer. jasa konsultan asing. rent technology dll). Besarnya defisit neraca perdagangan indusrri non agribisnis dan jasa dibandingkan dengan surplus perdagangan sektor agribisnis dan migas menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan (current account) dari tahun ke tahun dan cenderung meningkat.

2.1.2 Reformasi dan Percepatan Pembangunan Sektor Agribisnis
            Untuk mempercepat perkembangan sektor agribisnis, khususnya untuk peningkatan ekspor, selain paket reformasi IMF (khususnya penghapusan disrorsi ekonomi), kita memerlukan reformasi Strategi industrialisasi dan kebijakan makro ekonomi yang dimasa lalu “memasung” sektor agribisnis.
            Pertama, Strategi indusn'ialisasi. Fakta menunjukkan bahwa selain industri migas, sektor agribisnis merupakan penyumbang ekspor neto hampir 30 tahun lndonesia membangun. Pada masa krisis ekonomi saat ini, sektor ekonomi yang masih mampu bertahan adalah sektor agribisnis. Kenyataan ini harus menyadarkan kita semua (termasuk pemerintah) bahwa kita harus meninggalkan strategi industrialisasi berspektrum luas dan industri canggih dan kembali ke strategi indusuialisasi berbasis agribisnis
            Kedua, reformasi kebijakan nilai tukar rupiah dari overvalued ke kurs rupiah yang mendekati keseimbangan pasar bahkan kalau dimungkinkan sedikit unda'valucd untuk mendorong ekspor. Kebijakan nilai tukar kita yang overvalued memang sudah dikoreksi pasar melalui krisis ekonomi ini. Namun, pemerintah (Bank Indonesia) tidak perlu memaksa rupiah menguat secara artihsial. Tidak ada rasionalitas ekonomi untuk memaksa rupiah menguat, kecuali bermaksud untuk menghidupkan kembali induStri-industri berbasis impor. Sebab dengan kurs rupiah saat ini sangat menguntungkan bagi sektor agribisnis dalam negeri.
           Ketiga, tingkat suku bunga domeStik harus segera diturunkan. Dengan suku bunga yang sangat tinggi saat ini, tidak ada usaha yang mampu hidup termasuk sektor agribisnis, kecuali dengan modal sendiri (selffinancing). Bahkan dengan suku bunga yang sangat tinggi saat ini, dana-dana yang ada pada sektor agribisnis tersedor ke perbankan, sehingga sektor agribisnis makin kekurangan likuiditas. Kekurangan likuiditas inilah yang menyebabkan sektor agribisnis tidak mampu sesegera mungkin meningkatkan produksi. Dengan reformasi Strategi indusrrialisasi dan kebijakan makro tersebut dan secara konsisren membangun sektor agribisnis. maka investasi akan meningkat, adopsi teknologi akan berjalan cepat, sehingga akan mendorong peningkatan nilai tambah, diversifikasi komoditas dan produk agribisnis ekspor. diversifikasi komoditas dan produk bahan pangan sedemikian rupa, sehingga akan meningkatkan ekspor dan meningkatkan ketahanan pangan (food security).
            Keseluruhan hal di atas akan memperkokoh fundamen neraca pembayaran Indonesia. Suatu neraca pembayaran yang ditopang oleh Strategi industrialisasi yang berakar di dalam negeri (sektor agribisnis) akan cukup kokoh dan tidak mudah digoyahkan oleh spekulator. Kalaupun ada goncangan eksternal, sebagai konsekuensi globalisasi, perekonomian nasional tidak akan langsung “terjun bebas”. Kuatnya fundamen ekonomi suatu bangsa bukan perekonomian yang tidak pernah mengalami goncangan, tapi ketika goncangan datang mampu mengatasinya secepat mungkin.

2.2 Strategi industrialisasi neraca pembayaran dan pemulihan ekonomi indonesia

            Krisis ekonomi yang kita hadapi saat ini bukan semata-mata musibah nasional, tapi lebih merupakan dampak dari strategi industrialisasi yang ditempuh lndonesia dimasa lalu. Benar, bahwa semua negara-negara di kawasan ASEAN mengalami krisis yang sama, tapi yang paling parah adalah di Indonesia. Pilihan strategi industrialisasi yang ditempuh, biasanya di didukung oleh kebijakan makro ekonomi termasuk kebijakan perdagangan. Sehingga, akan mempengaruhi alokasi sumberdaya di masyarakat, pembiayaan pembangunan, penggunaan hasil pembangunan dan orientasi pembangunan (apakah melihat pasar dalam negeri/inward looking ataukah melihat pasar luar negeri/outward looking). Oleh karena itu, Strategi induStrialisasi yang ditempuh juga mempengaruhi neraca berjalan (current account) maupun neraca pembayaran (balance of payment).
            Kalau demikian halnya, maka bila terdapat masalah kendalt seimbangan neraca berjalan dan atau neraca pembayaran seperti yang kita hadapi saat ini, maka perlu melihat kembali relevansi Strategi industrialisasi kita. Menurut saya, inilah reformasi ekonomi yang paling mendasar yang diperlukan Indonesia agar keluar dari krisis ekonomi. Sayangnya reformasi ekonomi yang ditawarkan IMF baru-baru ini, tidak menyentuh reformasi Strategi industrialisasi.


2.2.1 Strategi Industrialisasi Sumber Malapetaka
            Dimasa lalu, terdapat 3 (tiga) pemikiran strategi industrialisasi yang berkembang di Indonesia. Pertama, Broadbased-Industry Strategy yakni strategi industrialisasi berspektrum luas. Pada kenyataannya, strategi ini lebih menekankan perkembangan industri-industri yang tidak berbasis dalam negeri (footlose industry) yang bersumber dari relokasi industri dan atau pengembangan indusrri negara lain. Contohnya adalah industri elektronika, tekstil, otomotif, dan lain-lain. Kedua, Hi-terb Industry Strategy yang mengutamakan industri-indu'stri teknologi canggih berbasis impor, seperti industri pesawat terbang, indusni senjata militer, industri kapal, dan lainlain. Ketiga, strategi agribisnis yakni Strategi pembangunan ekonomi berbasis pertanian dalam negeri yang mengembangkan agroindustri.
            Untuk mendukung strategi indusrrialisasi tersebut, tentu saja kebijakan makro ekonomi juga disesuaikan. Salah satu kebijakan makro yang paling mendasar adalah kebijakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs rupiah) yang dibuat secara artifisial terlalu tinggi dari nilai keseimbangan pasar (artificial overvalued exchange rate). Dengan strategi industrialisasi tersebut dan didukung oleh kebijakan kurs rupiah yang overvalued. telah mendorong cepat perkembangan industriindustri yang berbasis impor disatu sisi dan menekan pertumbuhan industriindustri ekspor. Sehingga mempengaruhi kinerja transaksi berjalan maupun neraca pembayaran
            Pertama, impor bahan baku makin meningkat dari tahun ke tahun dan produksinya ditujukan terutama untuk pasar domesrik (dolar kali rupiah). Akibatnya neraca ekspor indusrri nonagribisnis makin lama makin besar defisitnya. Kedua, dalam melakukan impor bahan baku dan penolong juga menggunakan jasa angkutan dan asuransi luar negeri. Selain itu juga di impor tenaga ahli (konsultan), royalti, dll. Akibatnya ekspor neto jasa menjadi defisit besar. Ketiga, strategi industrialisasi yang didukung oleh kebijakan kurs yang overvalued menekan pertumbuhan agribisnis dalam negeri. Keempat, besarnya defisit perdagangan nonagribisnis dan jasa dibandingkan dengan surplus perdagangan agribisnis dan migas. mengakibatkan terjadinya defisit transaksi berjalan dari tahun ke tahun. Kelima, dehsit transaksi berjalan tersebut di tutup-tutupi oleh aliran modal asing dan utang luar negeri, sehingga neraca pembayaran lndonesia kelihatannya surplus dari tahun ketahun.

2.2.2 Pemulihan Ekonomi Melalui Sektor Agribisnis
            Kenyataan menunjukkan bahwa selain industri migas, sektor agribisnis adalah penyumbang ekspor neto yang penting selama hampir 30 tahun lndonesia membangun. Pada masa krisis ekonomi saat ini, sektor ekonomi yang masih mampu bertahan adalah sektor agribisnis. Pengalaman ini seharusnya menyadarkan kita semua (termasuk pemerintah), bahwa kita harus meninggalkan strategi industrialisasi berspektrum luas dan canggih serta kembali ke strategi industrialisasi berbasns agribisnis. Sektor agribisnis yang saya maksudkan mencakup 4 (empat) subsektor yaitu: pertama. subsektor agribisnis hulu yakni indusui-indusui yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian, seperti industri pembibitan/ pembenihan, industri pupuk, industri pestisida, industri alat dan mesin pertanian dll; kedua. subsektor usahatani yang kita sebut sebagai pertanian primer; ketiga, subsektor agribisnis hilir yakni industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan seperti indu5tri ban dan produk karet, industri minyak goreng dan Oleo kimia, indusrri pengolahan ikan, indusni kayu lapis dan rayon, industri pengolahan hasil peternakan, dll. beserta hasil kegiatan perdagangatmya; dan keempat, subsektor yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti perbankan, transportasi, lembaga penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, dll.
            Dengan cakupan yang demikian, maka sektor agribisnis merupakan mega sektor dalam perekonomian nasional, melibatkan seluruh wilayah nasional. melibatkan dan menghidupi sekitar 80 persen penduduk Indonesia, menyerap sebagian besar angkatan kerja nasional dengan berbagai kualitas dan berbagai latar belakang sosial budaya. Dengan menjadikan sektor agribisnis sebagai strategi industrialisasi nasional akan mampu memulihkan ekonomi nasional dan membangun Fundamen neraca pembayaran Indonesia yang kuat dalam jangka panjang. Dengan memberi prioritas pada percepatan pembangunan sektor agribisnis, akan mampu memberikan solusi bagi pemulihan ekonomi nasional. Meningkatnya produksi ptoduk-ptoduk agribisnis akan meningkatkan ekspor tanpa harus mengimpor bahan baku. Meningkatnya ekspor berarti meningkatkan penawaran valuta asing (dolar) sehingga akan memperkuat (apresiasi) rupiah secara gradual. Selain produk agribisnis untuk ekspor. produk agribisnis bahan pangan juga meningkat. sehingga ketersediaan bahan pangan didalam negeri juga meningkat. Mengingat harga-harga bahan pangan masih merupakan komponen terpenting dalam menentukan laju inflasi domeStik, maka dengan peningkatan produksi pangan tersebut akan dapat menurunkan laju inflasi yang sudah sangat tinggi saat ini. Kemudian karena teknologi produksi agribisnis umumnya bersifat padat karya dengan kisaran kualitas tenaga kerja yang sangat luas. maka peningkatan produksi agribisnis dalam negeri akan diikuti dengan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat menurunkan pengangguran yang sangat tinggi saat ini.

2.3 Pembangunan sektor agribisnis sebagai industrialisasi yang lebih bersahabat dengan lingkungan hidup

            Ekonomi dan lingkungan hidup  dari akar kata yang sama yaitu “oikos”. Namun, pada kenyataannya kepentingan ekonomi di satu sisi dan kepentingan pelestarian lingkungan hidup di sisi lain, tidak mudah untuk disamakan. bahkan cenderung bersifat trade-offSehingga ekonom dan ahli lingkungan cenderung berseberangan dalam pemikiran pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Kaum ahli lingkungan (konservatis) cenderung berpendapat bahwa pembangunan ekonomi selalu mengorbankan kepentingan kelestarian lingkungan hidup. Revolusi hijau (green revolution) yang terjadi dalam pembangunan pertanian sering dituduh sebagai penyebab kerusakan lingkungan hidup. Sebaliknya ekonom berpandangan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus dimanfaatkan dalam pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga penduduk tidak merusak lingkungan.
            Perkembangan pemikiran tentang kaitan lingkungan hidup dengan pembangunan ekonomi, yang muncul kemudian menamakan diri sebagai kaum “tengah-tengah" (the mid way). Kaum “tengah-tengah" ini menolak sikap ekStrim konservatis dan ekonom, dan mengajukan pemikiran bahwa pelestarian lingkungan hidup sama pentingnya dengan pembangunan ekonomi. Melestarikan lingkungan hidup tanpa pembangunan ekonomi akan menciptakan kemiskinan. Sebaliknya pembangunan ekonomi tanpa pelestarian lingkungan hidup, tidak akan berjalan langgeng. Oleh karena itu, konsep pembangunan ekonomi yang mereka ajukan adalah mengendogenuskan kepentingan lingkungan dalam pembangunan ekonomi, yang dikenal dengan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainability development). Konsep inilah melahirkan ekonomi konservasi pada level mikro, dan ecolabelling pada level global.

2.3.1 Strategi Industrialisasi Masa Lalu dan Dampak Lingkungan

            Meskipun pada GBHN setiap PELITA di masa lalu, menempatkan sektor agribisnis (sebagai bentuk pembangunan industri yang didukung pertanian tangguh) sebagai strategi pembangunan ekonomi nasional, pada kenyataannya Strategi yang dikembangkan adalah kombinasi Strategi Strategi industrialisasi berspektrum luas dan industri canggih. lndusrri-indusui yang memperoleh keberpihakkan kebijakan (makro) maupun fasilitas (infrastruktur) pada kombinasi Strategi tersebut antara lain adalah indusrri elektronika, oromorif, tekstil, kimia, pesawat terbang, dll. Karakteristik dari pelaksanaan kombinasi strategi tersebut antara lain adalah: (l) tidak berbasis pada sumberdaya dalam negeri, tapi berbasis impor dan merupakan relokasi atau perluasan Strategi indUStri negara lain, (2) tidak melibatkan partisipasi rakyat banyak dan hanya sekelompok kecil masyarakan (pengusaha), (3) bersifat padat modal sehingga konsumsi energi besar, (4: berpusat di perkataan dan dibangun secara mega proyek baik perusahaar (mega company). infraStrulttur (jalan tol, kawasan indusrri) maupun fasilita pendukung (perkantoran, pusat perbelanjaan, perumahan yang mercusuar).
            Kebijakan makro ekonomi khususnya nilai tukar rupiah over valued yang memang diperuntukkan ( by design) mendukung Strategi tersebut di masa lalu telah mengorbankan sektor pertanian. Dengan kebijakan nilai tukar rupial over valued, berarti mensubsidi impor sekaligus memajak ekspor produk pertanian, sehingga harga produk pertanian menjadi rendah di dalam neget (juga by design agar upah buruh murah di perkataan). Hal ini menyebabka tingkat keuntungan sektor pertanian menjadi rendah. pendapatan masyarakat perdesaan rendah, dan nilai aset pertanian (lahan) menjadi renda (undervalued). Tingkat keuntungan yang rendah pada sektor pertaniar perdesaan dan ditambah pula dengan kebijakan suku bunga perbanka yang relatif tinggi, menyebabkan investasi sektor pertanian-perdesaan tida layak, sehingga upaya untuk mempertahankan kelesrarian ekosiStem tida ada, mendorong urbanisasi (capital drain. brain-drain) dan konversi lahan pertanian menjadi lapangan golf. kawasan pemukiman. dan lain-lain menjadi. sangat mudah.
            Strategi, kebijakan dan pengelolaan pembangunan dimasa lalu telah mengakibatkan berbagai bentuk permasalahan kemerosman mutu lingkungan hidup di Indonesia. Pemusatan penduduk dan kegiatan industri di perkotaan telah menyebabkan tekanan yang berlebihan pada ekosiStem. sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem. Meningkatnya permintaan ruang untuk menampung aktivitas penduduk dan industri di perkataan, menyebabkan lahan hijau di petkOtaan berubah fungsi. Sementara itu aktivitas penduduk dan industri yang begitu intensifper satuan ruang dan waktu, telah menimbulkan polusi gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan udara. Pemanasan udara ini diatasi dengan AC yang justru menghasilkan gasgas perusak ozon.
            Eksploitasi sumber mata air pegunungan yang berlebihan ini dan kerusakan hutan akibat pemanfaatan yang salah. telah mengganggu tata air alamiah dati ekosiStem. Air hujan yang jatuh di pegunungan tidak lagi mampu ditahan tapi langsung mengalir ke hilir. Akibatnya banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, erosi tanah, pelumpuran dan lain-lain. Sementara masyarakat perkotaan berjuang menyelamatkan diri dari banjir. petani dataran rendah mengeluh padinya tergenang, dan petani dataran tinggi juga mengeluh menyaksikan lahan pertanian mereka makin tandus. Hujan tidak lagi berkat tapi sudah menjadi malapetaka.

2.3.2 Industri yang Bersahabat dengan Lingkungan
            Belajar dari pengalaman masa lalu, bahwa Strategi. kebijakan dan pengelolaan pembangunan yang kita tempuh dimasa lalu, bukan hanya tidak berhasil tapi juga mendatangkan multikrisis yakni krisis moneter, ekonomi, pangan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu. kita harus meninggalkan strategi industrialisasi tersebut dan beralih kepada Strategi indusuialisasi yang lebih bersahabat terhadap kepentingan ekonomi rakyat banyak dan lingkungan hidup, yakni sektor agribisnis.
            Strategi indusuialisasi melalui pengembangan sektor agribisnis yang dimaksud adalah pembangunan secara harmonis dari subsiStem dari agribisnis yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni kegiatan yang menyediakan sarana produksi pertanian; Subsistem usahatani/pertanian primer (on-farm agribusiness) yakni kegiatan produksi pertanian primer; Subsistem agribisnis hilir (dawn-stream agribusiness) yakni kegiatan yang mengolah produk pertanian primer menjadi olahan beserta perdagangannya; dan Subsistem jasa penunjang (supporting institution) yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis (penelitian dan pengembangan. perbankan, infrastruktur fisik dan normatif, kebijakan pemerintah, dll).
            Prinsip dasar dari pembangunan sektor agribisnis adalah sebagai berikut: Pertama, pembangunan sektor agribisnis berbasis sumberdaya dan ekosiStem. Artinya, pembangunan sektor agribisnis didasarkan pada patensi ekosiStem setiap wilayah, sehingga melibatkan seluruh wilayah dengan segala keberagamannya (keberagaman hayati, keberagaman mikroklimat, keberagaman sosial budaya, keberagaman sumberdaya manusia, keberagaman sumberdaya lahan. dll.). Kedua, pembangunan sektor agribisnis adalah pembangunan subsistemsubsiStemnya secara harmonis. SubsiStem agribisnis hilir tidak akan berhasil dan langgeng bila tidak didukung oleh pengembangan subsistem usahatani dan subsiStem usahatani tidak akan berhasil dan langggeng bila tidak didukung oleh pengembangan subsektor agribisnis hulu. Artinya. untuk memenuhi kebutuhan produk hayati yang meningkat dilakukan melalui peningkatan kapasitas ekosiStem beserta teknologi pemanfaatannya. Tuntutan keberagaman konsumsi dipenuhi dengan keberagaman komoditas yang dikembangkan dan keberagaman teknologi pengolahan produk. Ketiga, pengusahaan agribisnis komoditas haruslah integrasi vertikal.

2.4 Pilihan strategi industrialisasi memasuki milenium ketiga yang berpihak pada penguatan ekonomi rakyat

            Memasuki milenium ketiga (abad ke-2l), pembangunan nasional sedang memasuki era indusuialisasi, menyusul negara-negara lain yang telah lebih dulu memasuki industrialisasi. Bertepatan dengan era industrialisasi yang akan kita laksanakan, globalisasi perekonomian telah dan akan mengalami penguatan. terutama didorong bleh upaya liberalisasi perdagangan internasional dan integrasi ekonomi kawasan. Dalam memasuki era yang demikian, bagi kita sebagai bangsa Indonesia, masalah pilihan strategi industrialisasi, termasuk di dalamnya tahapan industrialisasi dan industri unggulan setiap tahapan, adalah sangat penting. Pertama, Strategi industrialisasi yang kita pilih harus merupakan cara yang kita tempuh untuk membangun bangsa. Hal ini berani. yang menjadi tolok ukur bagi ketepatan pilihan strategi industrialisasi adalah manfaatnya bagi rakyat dan bukan dari segi kepentingan bisnis (pengusaha) semata. Kedua, pilihan strategi indusuialisasi yang akan kita tempuh akan menentukan posisi bangsa Indonesia dalam perekonomian dunia; apakah sebagai aktor penting atau aktor pembantu (bagian dari strategi industrialisasi negara lain). Hal ini penting karena dewasa ini cukup kuat godaan untuk masuk dalam perangkap skenario indusrrialisasi negara lain yang belum tentu bermanfaat bagi kita. Ketiga, Strategi industrialisasi yang menjadi pilihan dan kepumsan pemerintah akan mengarahkan investasi dan anggaran pemerintah, alokasi investasi swasta dan sumberdaya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, pilihan tersebut hendaknya mampu sebagai sektor pemimpin (leading rector) bagi perekonomian rakyat. Keempat, era industrialisasi harus merupakan kelanjutan pembangunan sebelumnya. Hal ini penting, agar invesrasi yang telah kita lakukan pada PJP-I (yang sebagian dibiayai oleh utang luar negeri) tidak menjadi mubazir. Dalam hal ini, saya tidak percaya pada isu lompatan pembangunan. Disamping akan membuat mubazir investasi sebelumnya, juga dapat menciptakan kondisi “gamang" bagi masyarakat dan pemerintah.
            Dengan keempat pertimbangan pemikiran di atas, makalah ini selanjutnya akan menguraikan dimana perekonomian kita saat ini, yang dilanjutkan dengan pilihan dan tahapan indusuialisasi. Kemudian, bagian terakhir akan menguraikan bagaimana memperkuat ekonomi rakyat dalam strategi industrialisasi yang menjadi pilihan.

2.4.1 Perubahan Struktur Perekonomian Nasional
            Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP-1) telah mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer dalam PDB masih sekitar 40 persen, maka pada tahun 1995 pangsanya hanya 16 persen. Sementara itu, pangsa sektor indusui dalam PDB telah meningkat dari sekitar 10 persen pada tahun 1969 menjadi sekitar 23 persen pada tahun 1995. Perubahan Struktur perekonomian nasional yang demikian. telah memungkinkan meningkatnya pendapatan penduduk lndonesia. Ratarata pertumbuhan ekonomi sekitar 7,2 persen per tahun selama PjP-l telah meningkatkan pendapatan per kapita dari US$ 70 pada tahun 1969, menjadi US$ 1.023 pada tahun 1996. Seiring dengan peningkatan pendapatan tersebut, telah terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari sekitar 54 persen pada awal PJ P-l menjadi 15 persen pada akhir PJP-l.
Namun demikian, di balik prestasi pembangunan tersebut perekonomian Indonesia ternyata masih menampilkan sisi yang kurang menggembirakan dan kondisi yang perlu menjadi pertimbangan utama dalam memilih Strategi indusrrialisasi.
            Pertama, perubahan struktur perekonomian (pangsa sektor) ternyata tidak di ikuti oleh perubahan penyerapan tenaga kerja yang seimbang. Sektor pertanian primer yang pangsanya dalam PDB telah turun menjadi 16 persen masih menyerap sekitar 50 persen angkatan kerja nasional. Hal ini berarti sekitar 50 persen (+- 50 juta orang) angkatan kerja nasional hanya menerima l6 persen pendapatan (PDB) nasional.
            Kedua, secara nasional maupun regional, kita masih berhadapan dengan kesenjangan pembangunan dan pendapatan yaitu antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia, serta antara wilayah perkataan ( urban area) dan wilayah perdesaan ( rural area). Bahkan ada kecenderungan terjadi pelepasan kaitan (decoupling antara perkembangan sektor perkOtaan dengan sektor perdesaan. Ketimpangan tersebut bukan karena miskin sumberdaya, akan tetapi lebih disebabkan oleh sumberdaya yang justru melimpah namun belum termanfaatkan dan nilai tambah yang tercipta belum dinikmati oleh masyarakat perdesaan.
            Ketiga, bila ditelusuri lebih lanjur, ternyata meningkatnya pangsa sektor induStri dalam PDB disebabkan oleh semakin besarnya kontribusi induStri non migas. dimana induStri non migas tersebut didominasi oleh industri pengolahan hasil pertanian (agroindusrri). Sebagian besar nilai tambah. nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja dari induStri nonmigas berasal dari agroindusrri. Selain itu, angka pengganda nilai tambah agroinduStri masih meningkat, yang berarti belum mencapai tingkat pertumbuhan kapasitas
yang menurun (levelling-off).
            Ketiga kondisi objektif perekonomian lndonesia tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja dan penduduk masih menggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi yang berbasis pertanian. Kemudian. sebagian besar ekspor industri non-migas (ekspor utama Indonesia) juga berasal dari agroindustri. Hal ini berarti bahwa perekonomian nasional secara keseluruhan masih berada pada kegiatan ekonomi yang berbasis pertanian.

2.4.2 Pilihan dan Tahapan Industrialisasi
            Dengan struktur perekonomian nasional, baik dari segi PDB maupun penyerapan tenaga kerja, yang masih berada pada kegiatan ekonomi yang berbasis pertanian mempunyai implikasi dalam pilihan indusuialisasi. Untuk meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan. dan memperbesar ekspor tanpa harus bcrkonsekuensi pada peningkatan impor, maka pilihan Strategi industrialisasi yang tepat adalah industrialisasi pertanian atau sering juga kita sebut dengan istilah membangun pertanian dengan pendekatan sistem agribisnis. Artinya, kita sekaligus membangun industri hulu pertanian (industri pembibitan, induscri alsin, industri agrokimia, dan lain-lain), pertanian primer (usahatani), industri hilir pertanian (agroindustri) beserta kegiatan perdagangannya, dan mengembangkan industri jasa yang menunjang industrialisasi pertanian. Bukan seperti pada PJP -1 yang lalu. dimana pembangunan pertanian yang kita laksanakan hanya terfokus pada pembangunan pertanian primer. Untuk mengefektifkan sekaligus mempercepat industrialisasi pertanian, kita perlu menjadikan agroindustri sebagai sektor pemimpin (the leading rector). Mempercepat pengembangan agroindustri akan secara Otomatis menarik pertumbuhan pertanian primer sebagai penyedia bahan baku dan pertumbuhan pertanian primer ini akan menarik pertumbuhan industri hulu pertanian.
            lndustrialisasi pertanian dengan agroindustri sebagai sektor pemimpin di Indonesia masih mampu bertumbuh dan bahkan dapat menempatkan Indonesia sebagai aktor penting dalam era perdagangan bebas. Dari sisi penawaran (supply side), kita memiliki sumberdaya yang melimpah (baru termanfaatkan sekitar 40 persen), dan pendalaman struktur agroindustri ke lebih hilir juga masih terbuka luas. Selain itu, kita telah memiliki infrastruktur, Fasilitas, kelembagaan (yang kita bangun pada PJP-l lalu) yang diperlukan untuk mendukung industrialisasi pertanian. Kemudian dari sisi permintaan (demand ride), produk agroindusui memiliki pOtensi dan prospek pasar yang cukup besar di masa yang akan datang. Keberhasilan industrialisasi di negara lain dan liberalisasi perdagangan secara internasional akan meningkatkan pendapatan masyarakat dunia. Meningkatnya pendapatan tersebut akan meningkatkan permintaan produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi (income elastic demand), seperti produk agroinduStti. Sementara itu, dengan intensifnya indusuialisasi (bukan berbasis pertanian) pada hampir setiap negara, akan mengalihkan sumberdaya mereka dari kegiatan ekonomi berbasis pertanian ke industri yang bersangkutan, sehingga produksi indUStri-industri pertanian akan menurun atau tidak kompetitif lagi. Hal ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk memperbesar pangsa pasar pada pasar produk pertanian dan agroindustri internasional.
            Percepatan indusuialisasi pertanian selama 25 tahun ke depan (PJPll) akan memperkuat landasan bagi industrialisasi tahap ketiga (PjP-lll), yang mungkin tidak harus lagi berbasis pertanian sebagai prioritas Utama. Percepatan pengembangan agroindustri akan menarik pertumbuhan kegiatan pertanian yang tersebar luas di seluruh penjuru tanah air sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan pendapatan penduduk secara lebih merata. Peningkatan pendapatan yang disertai dengan pemerataan pendapatan merupakan landasan penting bagi industrialisasi tahap kedua. Selain itu, pengembangan agroindustri dapat menjadi landasan yang kokoh bagi era. induStrialisasi berikutnya. Bila selama PJP-ll kita berhasil mengembangkan agroindustri perkaretan, seperti indusui ban Otomotif dan barang-barang karet kebutuhan OtomOtif lainnya; mengembangkan agroindusu'i minyak sawit yang dapat menghasilkan minyak pelumas dan bahan bakar otomOtif; maka tidak mu5tahil Indonesia dapat menguasai pasar ban OtomOtif dan minyak pelumas internasional. Dan kalaupun kita memasuki era kedua industrialisasi, yang mengunggulkan indusui Otomotif, kita tetap akan mampu berkompetisi karena ban dan komponen karet lainnya telah kita kuasai.
            Dengan pemikiran di atas, hendaknya selama PJP-ll ini kita perlu memprioritaskan agroindusui sebagai sektor pemimpin. Baru setelah itu, kita memprioritaskan indu5tri-industri unggulan berikurnya, yang mungkin tidak lagi berbasis pertanian. Hal ini bukan berarti pengembangan basis indusui yang tidak berbasis pertanian tidak perlu dilakukan selama PJPll. Bahkan harus. Sementara kita mempercepat indusuialisasi pertanian, kita juga harus mempersiapkan basis induStri berikutnya melalui penelitian dan pengembangan untuk menemukan teknologi yang lebih efisien dan kalau boleh melampaui apa yang telah dicapai negara lain. Sehingga pada saat memasuki komersialisasi (PJP-lll). kita mampu bersaing dan berakar di dalam negeri.

2.5 Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penanggulangan krisis pangan dan devisa

            Pengertian pertanian yang digunakan pemerintah (baik penggolongan sektor ekonomi maupun penggolongan departemen) berbeda dengan pengertian pertanian yang digunakan akademisi ilmu-ilmu pertanian. Menurutpengertian pemerintah, pertanian identikdengan usahatani (pertanian primer), sehingga mandat yang diberikan kepada Departemen Pertanian ' hanyalah pada usahatani. Sedangkan kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi usahatani dan yang mengolah komoditas pertanian prima menjadi bentuk olahan, menjadi mandat Departemen Perindustrian dan Perdagangan (tidak dianggap pemerintah bagian dari pertanian). Pada bal usahatani tidak mungkin berkembang tanpa pengembangan industri sarana produksi pertanian dan indusui pengolahan hasil pertanian secara konsiSten, sehingga seharusnya ketiga hal tersebut berada dalam satu keputusan manajemen pembangunan.
            Pengertian pertanian yang sesungguhnya (juga digunakan dalam makalah ini) adalah seluruh kegiatan yang berbasis pada sumberdaya hayati baik primer, sekunder maupun tersier, yang belakangan kita sebut sebagai sektor agribisnis (agribisnis berbasis: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan). Dalam konsep pembangunan ekonomi, sektor agribisnis mencakup 4 (empat) subsektor» yaitu: pertama, subsektor agribisnis hulu yakni kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan sarana produksi pertanian primer (bibit, agrokimia, agrootomOtif, dll); kedua. subsektor agribisnis usahatani yakni kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi pertanian primer untuk menghasilkan komoditas primer (sebagaimana definisi pertanian yang digunakan pemerintah selama ini); ketiga,subsekt0t agribisnis hilir yakni kegiatan industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan (indusui pengolahan minyak sawit. induStri pengolahan ikan, industri pengolahan kehutanan. industri pengolahan susu, dll) beserta perdagangannya; dan keempat, subsektor jasa penunjang yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis (perbankan, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, transportasi. dll).
            Dengan cakupan sektor agribisnis tersebut di atas, maka pemberdayaan sektor agribisnis adalah memberdayakan keempat subsektor tersebut secara simultan dan harmonis. Krisis pangan tidak dapat dipecahkan hanya pada agribisnis hilir pangan saja, tapi harus menyeluruh mulai dari agribisnis hulu. usahatani, dan hilir pangan termasuk penyediaan jasa penunjang. Sebagai bagian dari perekonomian nasional. kinerja sektor agribisnis lndonesia dipengaruhi oleh strategi dan kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah. Pada makalah ini akan diuraikan Strategi dan kebijakan ekonomi makro dimasa lalu telah memperdaya sektor agribisnis. Kemudian bagaimana upaya memberdayakan sektor agribisnis khususnya dalam upaya menanggulangi krisis pangan dan devisa.

2.5.1 Pemberdayaan Sektor Agribisnis
            Sejak krisis ekonomi melanda ekonomi nasional, hanya sektor agribisnis domestik yang mampu bertahan dan bahkan mengalami booming. lnduStriindusrri lain termasuk industri yang diunggulkan selama ini rezim Orde Baru, secara defacro sudah banyak yang bangkrut. Kenyataan ini seharusnya menyadarkan kita semua (khususnya pemerintah) untuk melakukan penyesuaian diri pada lingkungan baru, yakni memberdayakan sektor ekonomi yang mampu survive khususnya pada masa krisis ini, mempunyai p0tensi untuk pemulihan ekonomi nasional serta mampu membawa perekonomian kepada kejayaannya dimasa depan, yakni sektor agribisnis domestik. Untuk memberdayakan sektor agribisnis nasional, baik dalam rangka penanggulangan krisis maupun dalam rangka, pembangunan ekonomi nasional. diperlukan langkah-langkah reformasi sebagai berikut.
            Pertama. Reformasi Strategi dan kebijakan indusuialisasi dari kombinasi induStrialisasi berspektrum luas dan indusrri canggih kepada indusrri (sektor) agribisnis domestik. Melalui krisis ekonomi saat ini, strategi tersebut sebetulnya telah dikoreksi oleh mekanisme pasar. Namun demikian, pemerintah perlu mengakui koreksi yang sedang berlangsung. Penegasan pemerintah secara formal dan terbuka (bukan oleh menteri pertanian, tapi langsung presiden) bahwa strategi industrialisasi yang kita tempuh ke depan adalah pembangunan sektor agribisnis, sangat diperlukan untuk memberi kepastian dan panduan bagi masyarakat untuk mengalokasikan sumberdaya termasuk mengalihkan atau restrukturisasi pemsahaannya.
            Kedua. kebijakan bahan pangan murah yang dipaksakan seperti yang populer selama ini harus ditingkatkan. Masyarakat konsumen perlu dibiasakan untuk menganekaragamkan pola konsumsi berdasarkan nilai kelangkaan bahan pangan. Bila beras mahal, kurangi konsumsi beras dan subsitusi sebagian dengan bahan pangan lain yang lebih murah. Sebaliknya bila beras kembali relatif murah (bukan dimurah-murahkan), konsumsi beras akan naik dan konsumsi bahan pangan lain akan berkurang. demikian seterusnya. Dengan demikian kita memiliki ketahanan pangan (fwd security) yang kuat yang dibangun di atas keanekaragaman produksi dan konsumsi berdasarkan mekanisme pasar. Kebijakan beras murah seperti selama ini akan menciptakan “bom waktu” yang pada gilirannya akan merugikan semua.
            Ketiga, reformasi pengelolaan sektor agribisnis yang integratif. Selama ini sektor agribisnis dikelola atau berada pada banyak Departemen dan nondepartemen yang berbeda mandat dan visi. Agribisnis usahatani berada di bawah Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Departemen Transmigrasi dan PPH, Departemen Koperasi dan PPK dan Kantor Menteri Pendayagunaan BUMN. Sementara agribisnis hulu dan hilir berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Menteri Pangan & Hortikultura, dan Bulog. Pengkaplingan sektor agribisnis yang demikian cenderung menghambat sektor agribisnis. Bila seorang pengusaha membuka usaha patungan dengan koperasi petani di bidang agribisnis kelapa sawit secara lengkap di wilayah transmigrasi, harus berurusan dengan banyak departemen dan nondepattemen, seperti Departemen Transmigrasi dan PPH, BKPMD/ PMA, Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Perndusrrian dan Perdagangan. Departemen Koperasi dan PPK. ini baru contoh soal teknis yang membutuhkan biaya yang sedikit. Belum lagi perebutan anggaran antar departemen padahal mengurusi agribisnis komoditas yang sama. Hal yang paling merugikan sektor agribisnis adalah visi dan mandat yang berbeda pada setiap departemen dan nondepartemen yang sering menyebabkan inkonsiStensi kebijakan yang merugikan sektor agribisnis.
            Keempat, pengembangan agribisnis yang integrasi vertikal. melalui percepatan pembangunan koperasi agribisnis. Sampai saat ini agribisnis komoditas kita masih tersekat-sekat dimana agribisnis hulu. usahatani. dan hilir dikuasai oleh pelaku yang berbeda dan bertindak scndiri-senditi. Agribisnis yang tersekat-sekat ini memunculkan masalah transmisi (pas: through) seperti: transmisi harga asimetris, informasi pasar ditransmisikan lambat dan tidak sempurna, inkonsiStensi produk (jumlah, kualitas, kontinuitas); kemudian masalah margin ganda(double matginalization) yang mengakibatkan inefisiensi (over capacity harga pokok penjualan relatif tinggi). dan masalah distribusi manfaat (petani pada usahatani menikmati pendapatan terkecil. pengusaha pada hulu dan hilir menikmati pendapatan tinggi). Masalah transmisi. margin ganda, disuibusi manfaat antarpelaku telah menyebabkan inefisiensi dan kelambatan penyesuaian diri agribisnis kita selama ini. Oleh sebab itu, reformasi pengusahaan agribisnis yang tersekat-seltat kepada integrasi vertikal perlu dilakukan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Reformasi strategi industrialisasi dan kebijakan makroekonomi (niiai tukar dan suku bunga) merupakan syarat mutlak bagi percepatan sektor agribisnis. Tanpa reformasi tersebut tidak akan ada insentif untuk melakukan inovasi dan adopsi teknologi, investasi untuk meningkatkan nilai tambah. Dengan krisis ekonomi saat ini, mekanisme pasar telah dan sedang melakukan koreksi terhadap strategi industrialisasi dan kebijakan kurs. Persoalannya adalah paling sedikit sampai saat ini pemerintah tampaknya belum mengakui koreksi pasar tersebut. Hal ini ditunjukkan antara lain: pertama, masih terfokusnya program pemulihan ekonomi pada upaya penguatan rupiah. secara artifisial dan sangat jangka pendek, melalui kebijakan moneter yang sangat kontraktif. Menurut pendapat saya, kurs rupiah tidak perlu dipaksa menguat, biarkan mekanisme pasar menemukan keseimbangannya. Hal yang diperlukan adalah stabilitas kurs yakni mendorong ekspor tanpa harus berkonsekuensi pada impor bahan baku; kedua, tampaknya pemerintah masih ingin tetap mempertahankan dan menyelamatkan indusrri-indusrri berbahan baku impor, meskipun pada kenyataannya sudah bangkrut. Ketiga, belum ada program yang serius. untuk mendorong agribisnis dalam negeri, yang nyata-nyata merupakan kelompok industri yang mampu menyumbang ekspor neto selama ini dan pada masa resesi saat ini masih mampu bertahan.
            Untuk memulihkan perekonomian nasional, kita memerlukan reformasi ekonomi yang paling mendasar yakni reformasi strategi industrialisasi, dari stratcgi spektrum luas dan canggih kepada agribisnis. Sayangnya, reformasi ekonomi yang ditawarkan IMF tidak menyentuh reformasi Strategi industrialisasi tersebut; sehingga mau kemana arah reformasi ekonomi tidak sistematis. Oleh karena itu, diperlukan reformasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya hutan dan perairan. Sebaiknya, hak pengelolaan dan pemanfaatan atas sumberdaya hutan (kecuali hutan lindung) dan perairan diserahkan saja kepada masyarakat lokal (bukan pemerintah setempat) yang telah lama menjadi bagian dari ekosisrem hutan atau perairan. Dengan demikian rakyat lokallah yang berhak memanfaatkannya (melalui pengembangan agribisnis) dan melestan'kannya. Dalam pemanfaatannya boleh saja masyarakat lokal bekerjasama dengan pengusaha, bukan seperti selama ini pengusaha bekerjasama dengan masyarakat lokal.


3.2 Daftar putaka

Dasril ASN, 1993. Penumbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian dalam              industrialisasi di Indonesia, 1971-1990. Disertasi doktor tidak dipublikasikan,           program pascasarjana institut pertanian bogor.
Departemen Pertanian Indonesia, 2001. Pembanguna sistem agribisnis sebagai penggerak ekonomi nasional. Edisi pertama, Biro perencanaan Departemen Pertanian Jakarta.
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2001. Program pembangunan pertanian 2001-  2004. Biro perencanaan pertanian Jakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel